Naradaily–Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan bahwa Indonesia memiliki kekayaan sejarah dan budaya yang luar biasa, menjadikannya salah satu pusat peradaban dunia yang patut dijaga dan diwariskan.

“Indonesia menjadi rumah bagi lebih dari 1.340 kelompok etnis yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, serta penjaga 718 bahasa, sekitar 10 persen dari warisan linguistik dunia. Lebih dari sekadar biodiversitas, ini adalah keragaman peradaban yang terdiri dari sistem pengetahuan, ritual, epos lisan, pengelolaan air dan tanah, garis keturunan seni, dan tradisi maritim. Di sini kita dapat menelusuri jejak kehidupan manusia sepanjang milenium, bahkan jutaan tahun,” ujar Fadli di Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Dalam forum UISPP Inter-Regional Conference 2025, Menbud juga mengumumkan langkah bersejarah terkait rencana repatriasi fosil Pithecanthropus Erectus, yang ditemukan Eugène Dubois 135 tahun lalu di tepi Sungai Bengawan Solo. Fosil tersebut menjadi simbol penting dalam perjalanan bangsa Indonesia untuk mengembalikan hak dan kedaulatan budaya nasional.

“Lebih dari 50 persen fosil Homo erectus dunia ditemukan di Indonesia. Namun selama lebih dari satu abad, dunia membahas asal-usul manusia menggunakan fosil itu, sementara sebagian besar masyarakat Indonesia tidak dapat melihatnya di tanah air. Era itu berakhir sekarang. Bulan lalu, Kementerian Kebudayaan berhasil memulangkan Dubois Collection dari Belanda sebanyak 28.131 fosil beserta catatan kontekstual dari Jawa dan Sumatra. Ini merupakan tonggak sejarah bagi kita, sebuah tindakan keadilan restoratif dan rekonsiliasi historis,” tutur Fadli.

Selain fosil, Menbud menyoroti keberadaan gua-gua prasejarah di Indonesia yang menyimpan narasi panjang tentang evolusi manusia, adaptasi, serta kreativitas budaya. “Indonesia memiliki lukisan naratif tertua dunia berusia 51.200 tahun yang ditemukan di Gua Leang Karampuang, Maros, Sulawesi Selatan. Di Sumatra Barat terdapat Gua Lida Ajer yang menunjukkan Homo Sapiens hidup di hutan hujan tropis lebih dari 60.000 tahun lalu. Gua Harimau di Sumatera Selatan juga merekam urutan budaya sejak 22.000 tahun lalu hingga awal Zaman Logam,” paparnya.

Ia menambahkan, gua-gua karst di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara menyimpan ribuan piktograf yang menggambarkan aktivitas manusia purba, seperti berburu, menari, hingga pelayaran bangsa Austronesia yang kemudian membentuk peradaban Asia Tenggara dan Indo-Pasifik.

Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, Fadli mengingatkan bahwa masa depan warisan budaya Indonesia bergantung pada komitmen untuk melestarikan, memanfaatkan, dan mengembangkan budaya secara berkelanjutan.

Ia juga menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk memajukan kebudayaan sesuai amanat UUD 1945 Pasal 32 ayat 1, yakni memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia. Menurutnya, Indonesia bertekad membangun identitas bangsa dan menempatkan diri sebagai “World Capital of Culture” melalui pelindungan, revitalisasi, serta diplomasi dan kerja sama budaya internasional.

Menbud pun mengajak komunitas internasional, termasuk peserta UISPP, untuk bersinergi dalam membangun kebudayaan global yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan dan kearifan lokal Indonesia. (kom)