Naradaily-Gunung Merapi kembali menunjukkan aktivitas vulkanis tinggi. Senin (3/11/2025) dini hari, Merapi meluncurkan dua kali awan panas guguran.
Berdasarkan laporan dari petugas PVMBG, kejadian tersebut terjadi pada pukul 00.31 WIB dan 00.37 WIB dengan arah luncur ke barat daya. Pada kejadian pertama, awan panas guguran tercatat memiliki estimasi jarak luncur sejauh 1.500 meter.
Amplitudo maksimal mencapai 73 mm dengan durasi 146 detik. Enam menit kemudian, awan panas kembali terjadi dengan jarak luncur 1.200 meter, amplitudo 68 mm dan durasi 106 detik.
Petugas PVMBG, Suratno, dalam laporannya menjelaskan bahwa tingkat aktivitas Gunung Merapi saat ini masih berada pada Level III Siaga. “Masyarakat diimbau tetap mematuhi rekomendasi dan tidak beraktivitas di wilayah potensi bahaya,” ujarnya dikutip dari laman Badan Geologi, Senin (3/11/2025).
Gunung Merapi yang memiliki ketinggian 2.968 meter di atas permukaan laut ini membentang di wilayah Sleman (DIY), serta Magelang, Boyolali dan Klaten (Jawa Tengah). Sejak 5 November 2020, statusnya ditetapkan dalam Level III Siaga akibat aktivitas magma yang terus berlangsung.
PVMBG mencatat, potensi bahaya utama saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya. Wilayah terdampak meliputi Sungai Boyong sejauh 5 km, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh 7 km. Di sektor tenggara, potensi bahaya mengarah ke Sungai Woro sejauh 3 km dan Sungai Gendol sejauh 5 km.
PVMBG mengingatkan masyarakat agar tidak beraktivitas apa pun di daerah potensi bahaya. Selain itu, warga diminta untuk tetap waspada terhadap kemungkinan lahar dan awan panas guguran (APG) terutama saat hujan mengguyur area sekitar Merapi.
“Masyarakat juga perlu mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanis yang dapat menyebar hingga ke permukiman,” tulis laporan resmi PVMBG. Gunung Merapi menjadi salah satu gunung api paling aktif di Indonesia, dan sejak beberapa tahun terakhir aktivitasnya terus berfluktuasi.
Dengan kondisi masih berada pada Level III Siaga, masyarakat diminta tetap waspada dan siaga terhadap segala kemungkinan erupsi susulan. (sic)