Naradaily-Kualitas udara di Jakarta pada Selasa pagi tercatat berada dalam kategori tidak sehat dan menduduki peringkat keenam sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 06.08 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 163 atau masuk kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi mencapai 71,5 mikrogram per meter kubik.

Angka tersebut menunjukkan kondisi udara yang berbahaya bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia, hewan yang sensitif, hingga menimbulkan kerusakan pada tumbuhan maupun nilai estetika. Situs itu juga memberikan rekomendasi agar masyarakat menghindari aktivitas di luar ruangan dan menggunakan masker apabila terpaksa beraktivitas di luar, serta menutup jendela untuk menghindari paparan udara kotor dari luar.

Kategori kualitas udara yang baik berada pada rentang PM2,5 sebesar 0-50 yang berarti tidak memberikan efek apa pun bagi kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, maupun bangunan. Sedangkan kategori sedang berada pada rentang 51-100 atau kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia, namun dapat mempengaruhi tumbuhan sensitif serta nilai estetika.

Pada kategori sangat tidak sehat, rentang PM2,5 berada di angka 200-299 yang dapat merugikan kesehatan sejumlah segmen populasi. Kategori berbahaya berada pada rentang 300-500 atau secara umum dapat menyebabkan dampak kesehatan serius pada populasi yang terpapar.

Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama adalah Delhi di angka 1111, diikuti Lahore di angka 254, Kalkota di angka 213, Mumbai di angka 187, dan Tashkent di angka 105 sebelum Jakarta menempati posisi keenam.

Adapun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta telah meluncurkan platform pemantau kualitas udara terintegrasi yang didukung oleh 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) yang tersebar di wilayah Jakarta. Data dari SPKU tersebut kemudian ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara sebagai penyempurnaan dari sistem sebelumnya dan sesuai dengan standar nasional. Laman ini juga menampilkan data yang terintegrasi dari SPKU milik DLH DKI, BMKG, World Resources Institute (WRI) Indonesia, dan Vital Strategies. (kom)