Naradaily–Sejumlah pedagang Pasar Barito, Jakarta Selatan menutup jalan perempatan bundaran Taman Ayodya imbas penertiban oleh Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) terhadap kios-kios di daerah itu, Senin. Pada pukul 07.45 WIB, para pedagang memilih duduk di jalanan sambil membawa poster sebagai bentuk penolakan atas penertiban yang dinilai merugikan usaha mereka.
Dalam aksi tersebut, satu orang perempuan ditemukan pingsan dan langsung mendapatkan perawatan dari anggota kepolisian serta petugas puskesmas. “Surat tugas hanya bunyinya menertibkan bukan melakukan pembongkaran, itu yang kita sayangkan,” ujar kuasa hukum pedagang Barito, Damianus Jefry saat ditemui di lokasi. Ia menegaskan bahwa pedagang Pasar Barito bukanlah pedagang liar, sebab mereka telah memenuhi kewajiban dengan membayar retribusi.
Jefry menyatakan para pedagang enggan direlokasi ke Pasar Lenteng Agung karena khawatir jualannya tidak laku serta kondisi lokasi yang dianggap tidak ideal. “Lenteng Agung itu relokasinya sangat tidak tepat. Kalau kita berdagang itu maunya laku. Kalau di sana itu modelnya jurang, hujan pasti banjir, kata warga setempat,” ucapnya.
Hingga pukul 08.30 WIB, sepanjang Jalan Barito I dipenuhi kios yang sudah rata dengan tanah. Barang dagangan pedagang tampak dipindahkan ke seberang jalan, namun sebagian pedagang mengaku kecewa karena dagangannya rusak, bahkan ada hewan jualan yang mati diduga akibat stres dan kepanasan. Penertiban ini dilakukan Pemkot Jaksel sejak pukul 05.00 WIB untuk mendukung pembangunan Taman Bendera Pusaka.
Pasar Lenteng Agung dipilih sebagai lokasi relokasi karena dinilai memiliki fasilitas memadai dan akses pembeli yang mudah, mengingat posisinya dekat Stasiun Lenteng Agung dan halte Transjakarta non-BRT rute D21. Relokasi Pasar Barito berkaitan dengan rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menggabungkan Taman Leuser, Taman Ayodya, dan Taman Langsat menjadi kawasan Taman Bendera Pusaka yang ditargetkan selesai pada Desember 2025.(kom)